Selasa, 29 September 2015

HATI-HATI HIDUP NYAMAN



Semua Sukses Terjadi
di Luar Zona Nyaman (Comfort Zone)

Oleh Uratta Ginting

Umumnya manusia mencari Tuhan saat masalah bertubi-tubi datang menimpa, sedang dunia tidak pernah memberi solusi tanpa syarat. Tetapi, yang jelas manusia selalu bertumbuh pesat justru dari masalah-masalah yang menghadang kehidupan sepanjang jalan. Jangan silap ada juga orang menjadi gila gara-gara banyaknya masalah yang datang silih berganti.

Kesaksian Thomas Alfa Edison penemu lampu pijar. Tanpa mengalami masalah dalam penemuannya karena berada dalam zona nyaman mustahil Thomas Alfa Edison dikenang dunia hingga kini.

Tak terbayangkan betapa besarnya gunung masalah yang dihadapi seorang wanita Yulia Girsang, beberapa waktu lalu, ketika suami tercintanya,  Alm. Ferry Silalahi, SH.LLM saat melakukan dinas di Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara di Palu, ditembak mati oleh orang yang tak dikenal, di depan mata istri sendiri.

Saat itu, dua pilihan besar harus dihadapkan kepada istri, apakah memelihara hidup dendam atau bangkit dari kesedihan atau melarikan diri dari gunung masalah? Satu dari dua pilihan tersebut centralnya ada dalam pikiran. Artinya, untuk mengenal siapa diri kita sebenarnya adalah apa yang kita pikirkan. Itulah diri kita yang sebenarnya.

Demikian pentingnya cara berpikir sehingga tidak ada pilihan lain perlu dikelola dengan baik. Kita tidak perlu jauh-jauh mencari bahagia, karena kebahagian itu ada dalam pikiran bukan karena banyaknya harta atau kuasa yang dimiliki.

Berikut kesaksian seorang raja terkait betapa pentingnya cara berpikir yang benar. Namanya raja, hidupnya sudah pasti berada di zona nyaman. Harta, kekuasaan maha besar semua milik raja; bahkan hukum yang berlaku ada di mulutnya sendiri. Kegiatan raja ini paling banyak hanya tidur membuat badannya super gemuk. Sehingga tidak efektif lagi memimpin kerajaannya karena kebanyakan tidur, tidak peduli siang malam.

Sebagai penguasa, raja memiliki penasihat berbagai bidang kepentingan kerajaan raja. Untuk mengurangi ukuran badan raja yang  sangat gemuk agar lebih kurus ada 3 orang penasihat dipanggil menghadap raja; guna memberi pendapat, apa yang harus dilakukan raja.

Penasihat pertama, memberi nasihat agar raja banyak minum air putih setiap pagi ± 1 liter. Raja menuruti pendapat penasihat yang pertama ini, hasilnya belum ada tanda sesuai keinginan raja. Badan raja bukan kurus melainkan bertambah gemuk. Meskipun telah dituruti raja minum air putih 1 liter setiap pagi, akan tetapi porsi makanan raja justru tidak pernah berkurang.

Raja sangat kecewa terhadap penasihat pertama, karena raja merasa tidak perlu memelihara penasihat yang bodoh, lalu dieksekusi mati.

Penasihat kedua, berkata gampang seraya menyuruh raja tidak makan daging. Cukup banyak makan sayur-sayuran setiap hari. Raja pun langsung menuruti pendapat penasihat kedua ini dengan penuh harap badan raja bisa kurus dan langsing.

Apa yang diharapkan raja bukan bertambah kurus, melainkan tubuh raja meningkat lebih gemuk lagi dari biasanya. Kejadiannya sama seperti  penasihat pertama, bahwa raja tidak pernah mengubah pola makannya. Raja merasa tetap kecewa, nasib penasihat pertama disamakan dengan penasihat kedua juga dibunuh.

Penasihat ketiga/terakhir, agar terhindar dari nasib teragis seperti rekannya terdahulu sama-sama tewas terkapar di tangan raja, ia memeras otak, dengan tegas dihadapan raja berkata, bahwa raja mengidap penyakit berbahaya, tidak dapat disembuhkan. Raja perlu hati-hati. Taruhannya adalah nyawa raja sendiri. Umur raja tinggal satu minggu lagi, tegasnya.

Raja sungguh ketakutan mengingat satu minggu lagi ajal sudah tiba. Siang malam hampir tidak bisa tidur. Makan juga sudah mulai lupa. Raja berpikir semuanya akan tinggal tanpa ada satupun yang bisa dibawa pergi ke liar kubur, demikian raja merenungi nasibnya sendirian.

Hari pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima sudah dilalui raja dengan penuh beban yang amat berat. Umur raja tinggal dua hari lagi, lalu mati. Besoknya, hari keenam kematian raja sudah semakin dekat tinggal satu hari lagi. Besoknya lagi, hari terakhir, tepatnya  hari ketujuh raja ternyata tidak mati juga. Namun, faktanya raja lupa, bukankah badannya sudah kurus, langsing karena tidak makan minum, tidur juga tidak. Siang malam pikiran raja hanya fokus kepada kematian.

Namun, dasar sang raja memerintah kerajaannya dengan kejam, tak peduli memanggil penasihat terkahir tersebut untuk diberi sanksi hukum yang lebih berat karena raja telah menderita terkait nasihatnya.

Alangkah bijaknya, penasihat terakhir ini didepan raja berkata : “Tuanku raja, hanya cara seperti itulah satu-satunya jalan membuat badan raja kurus, seperti terbukti sekang.” Hamba membuat terapi dengan memberi “masalah” agar raja berpikir siang malam terus-menerus tanpa henti.

Disinilah pikiran manusia itu sangat menentukan, apakah ingin bahagia atau menderita. Sukses atau gagal. Dua pilihan tersebut ada dalam pikiran manusia. Tergantung apa yang hendak kita pilih. Bebas. Berpikir negatif atau positif  dan apa yang kita pilih pasti itu yang terjadi. Oleh karena itu, Hidup dalam zona nyaman tidak akan memberi apa-apa.

Paulus memberi nasishat penting kepada semua manusia di bumi agar cukup memikirkan perkara—perkara diatas (Kolose 3:2).


Rujukan :
Drs. Timotius Adi Tan), Untaian Mutiara Kasih,” Pen. LLB, 1997 dan Julianto Simanjuntak dkk.,  “Seni Merayakan Hidup Yang sulit,” Pen.PT Gramedia, 2008.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar