Semua Sukses Terjadi
di Luar Zona Nyaman (Comfort
Zone)
Oleh Uratta Ginting
Umumnya manusia
mencari Tuhan saat masalah bertubi-tubi datang menimpa, sedang dunia tidak
pernah memberi solusi tanpa syarat. Tetapi, yang jelas manusia selalu bertumbuh
pesat justru dari masalah-masalah yang menghadang kehidupan sepanjang jalan.
Jangan silap ada juga orang menjadi gila gara-gara banyaknya masalah yang datang silih berganti.
Kesaksian Thomas Alfa
Edison penemu lampu pijar. Tanpa mengalami masalah dalam penemuannya karena berada
dalam zona nyaman mustahil Thomas Alfa Edison dikenang dunia hingga kini.
Tak terbayangkan
betapa besarnya gunung masalah yang dihadapi seorang wanita Yulia Girsang,
beberapa waktu lalu, ketika suami tercintanya,
Alm. Ferry Silalahi, SH.LLM saat melakukan dinas di Kejaksaan
Tinggi Sulawesi Tenggara di Palu, ditembak mati oleh orang yang tak dikenal, di
depan mata istri sendiri.
Saat itu, dua pilihan
besar harus dihadapkan kepada istri, apakah memelihara hidup dendam atau
bangkit dari kesedihan atau melarikan diri dari gunung masalah? Satu dari
dua pilihan tersebut centralnya ada dalam pikiran. Artinya, untuk mengenal siapa
diri kita sebenarnya adalah apa yang kita pikirkan. Itulah diri kita yang
sebenarnya.
Demikian pentingnya
cara berpikir sehingga tidak ada pilihan lain perlu dikelola dengan
baik. Kita tidak perlu jauh-jauh mencari bahagia, karena kebahagian itu ada
dalam pikiran bukan karena banyaknya harta atau kuasa yang dimiliki.
Berikut kesaksian
seorang raja terkait betapa pentingnya cara berpikir yang benar. Namanya raja,
hidupnya sudah pasti berada di zona nyaman. Harta, kekuasaan maha besar semua
milik raja; bahkan hukum yang berlaku ada di mulutnya sendiri. Kegiatan raja ini paling banyak hanya tidur membuat badannya super
gemuk. Sehingga tidak efektif lagi memimpin kerajaannya karena kebanyakan tidur,
tidak peduli siang malam.
Sebagai penguasa,
raja memiliki penasihat berbagai bidang kepentingan kerajaan raja.
Untuk mengurangi ukuran badan raja yang
sangat gemuk agar lebih kurus ada 3 orang penasihat dipanggil
menghadap raja; guna memberi pendapat, apa yang harus dilakukan raja.
Penasihat pertama, memberi
nasihat agar raja banyak minum air putih setiap pagi ± 1 liter. Raja menuruti
pendapat penasihat yang pertama ini, hasilnya belum ada tanda sesuai keinginan
raja. Badan raja bukan kurus melainkan bertambah gemuk. Meskipun telah dituruti
raja minum air putih 1 liter setiap pagi, akan tetapi porsi makanan raja justru
tidak pernah berkurang.
Raja sangat kecewa
terhadap penasihat pertama, karena raja merasa
tidak perlu memelihara penasihat yang bodoh, lalu dieksekusi mati.
Penasihat kedua, berkata
gampang seraya menyuruh raja tidak makan daging. Cukup banyak makan
sayur-sayuran setiap hari. Raja pun langsung menuruti pendapat penasihat kedua
ini dengan penuh harap badan raja bisa kurus dan langsing.
Apa yang diharapkan
raja bukan bertambah kurus, melainkan tubuh raja meningkat lebih gemuk
lagi dari biasanya. Kejadiannya sama seperti
penasihat pertama, bahwa raja tidak pernah mengubah pola makannya. Raja
merasa tetap kecewa, nasib penasihat pertama disamakan dengan penasihat kedua
juga dibunuh.
Penasihat ketiga/terakhir, agar
terhindar dari nasib teragis seperti rekannya terdahulu sama-sama tewas
terkapar di tangan raja, ia memeras otak, dengan tegas dihadapan raja berkata,
bahwa raja mengidap penyakit berbahaya, tidak dapat disembuhkan. Raja perlu
hati-hati. Taruhannya adalah nyawa raja sendiri. Umur raja tinggal satu minggu
lagi, tegasnya.
Raja sungguh
ketakutan mengingat satu minggu lagi ajal sudah tiba. Siang malam hampir tidak
bisa tidur. Makan juga sudah mulai lupa. Raja berpikir semuanya akan tinggal
tanpa ada satupun yang bisa dibawa pergi ke liar kubur, demikian
raja merenungi nasibnya sendirian.
Hari pertama, kedua,
ketiga, keempat dan kelima sudah dilalui raja dengan penuh beban yang amat
berat. Umur raja tinggal dua hari lagi, lalu mati. Besoknya, hari keenam kematian raja sudah semakin dekat tinggal
satu hari lagi. Besoknya lagi, hari terakhir, tepatnya hari ketujuh raja ternyata tidak mati juga.
Namun, faktanya raja lupa, bukankah badannya sudah
kurus, langsing karena tidak makan minum, tidur juga tidak. Siang malam pikiran
raja hanya fokus kepada kematian.
Namun, dasar sang
raja memerintah kerajaannya dengan kejam, tak peduli memanggil
penasihat terkahir tersebut untuk diberi sanksi hukum yang lebih berat karena
raja telah menderita terkait nasihatnya.
Alangkah bijaknya,
penasihat terakhir ini didepan raja berkata : “Tuanku
raja, hanya cara seperti itulah satu-satunya jalan membuat badan raja kurus, seperti
terbukti sekang.” Hamba membuat terapi dengan memberi “masalah” agar raja berpikir
siang malam terus-menerus tanpa henti.
Disinilah pikiran
manusia itu sangat menentukan, apakah ingin bahagia atau menderita. Sukses atau
gagal. Dua pilihan tersebut ada dalam pikiran manusia. Tergantung apa yang
hendak kita pilih. Bebas. Berpikir negatif atau positif dan apa yang kita pilih pasti itu yang terjadi. Oleh karena itu, Hidup dalam zona nyaman tidak akan memberi
apa-apa.
Paulus memberi
nasishat penting kepada semua manusia di bumi agar cukup memikirkan
perkara—perkara diatas (Kolose 3:2).
Rujukan :
Drs. Timotius Adi Tan), “Untaian
Mutiara Kasih,” Pen. LLB, 1997 dan Julianto Simanjuntak dkk., “Seni Merayakan Hidup Yang sulit,”
Pen.PT Gramedia, 2008.