Minggu, 17 Juli 2016

MENOLAK KHAWATIR

Khawatir, Menghancurkan Hidup

            Karena khawatir, orang jadi ragu bertindak, takut salah apapun dikerjakan, gagal dan ditertawakan. Karena khwatir, orang jadi kikir. Karena khawatir, orang menimbun harta. Karena khawatir, pagar keliling rumah dibuat seperti tembok penjara.
            Jangan menganggap enteng kekhawatiran yang merasuk diri anda. Tolak kekhawatiaran itu, sebab kekhawatiran yang berlebihan sering digunakan iblis untuk membuat manusia meragukan pertolongan Tuhan.
            Leluhur manusia di bumi, Adam dan Hawa, tak pernah terlintas khawatir dalam kehidupan keduanya saat di Taman Firdaus, karena Tuhan telah melengkapi kebutuhan mereka serba ada. Namun, sejarah khwatir pertama kalinya ada dalam kehidupan manusia dimulai sejak leluhur manusia itu dipaksa keluar dari Taman Firdaus, karena OTT (Operasi Tangkap Tangan) terhadap Adam dan Hawa telah melanggar perintahNya.
            Namun, bukan alasan untuk memelihara rasa khwatir itu dalam diri. “Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1 Petrs 5:7). Seiring dengan itu kembali ditegaskan Mateus 6:34 :
            “Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”
            Pesan menarik seorang penulis dan filsuf, Thomas Carlyle, berkata, “Urusan utama kita bukan melihat apa yang samar-samar berada di kejauhan tetapi melakukan apa yang jelas ada dihadapan kita.” Hal-hal yang masih rahasia di hari esok, kita serahkan kepada Tuhan dan tidak perlu kita khawatir.
            Pesan yang lebih extrim lagi, sebagaimana dikemukakan Dokter Alexis Carrol, berkata, “Orang yang tidak tahu mengalahkan kekhawatiran akan mati muda.” Sebab kekhawatiran dapat menyebabkan orang sakit jantung, darah tinggi, rematik, bisul, pilek, radang sendi, sakit kepala, buta, dan sakit maag, demikian ungkap DR. Edward Podolsky dalam buku Jacob Nahuway (1996:107).
Semua Manusia
Rasanya semua manusia yang pernah hidup di muka bumi ini, khawatir pernah hinggap pada dirinya. Dengan berbagai alasan, khawatir bisa jadi datang sendiri dalam kehidupan seseorang.
Jika khawatir maling masuk rumah, ya, kunci baik-baik. Itu khwatir sehat. Tapi ada juga khwatir tidak masuk akal. Seorang bercita-cita menjadi seorang pengacara, namun sejak dini sudah khwatir lawan perkaranya sewaktu-waktu bisa membunuh dirinya, pada hal ia belum jadi pengacara karena tamat kuliah saja belum. Khawatir demikian ini sangat tidak sehat dan mampu menghancurkan hidup.
Tentang khawatir ini seorang raja Saul pernah juga khawatir saat diserbu pasukan filistin yang berkekuatan 3000 kereta, 6000 pasukan berkuda dan sebanyak pasir di laut pasukan berjalan kaki, mereka bergerak serentak untuk menghimpit orang Israel.
Siapa yang mampu menantang Tsunami karena dalam waktu singkat bisa menyapu bersih apa saja yang menghadang didepannya. Artinya, biar hidup ini tidak luput dari masalah, penting dipahami apakah kita  menguasai masalahnya atau diri kita yang dikuasai oleh masalah.
Tuhan Yesus menyapa rasa khwatir dalam Matius 6:25-34 tentang kebutuhan yang sangat pokok, yaitu sandang pangan. “Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung. Namun, diberi makan oleh Bapamu di surga” (Mat.6:26).
Berpikir ala manusia  kemungkinan langsung ada saling berbantah: itu, ‘kan burung. Sedang kita manusia yang dikaruniai akal sehat untuk berfikir secara rasional. Justru kamampuan berpikir itu pula manusia itu melebihi burung. Sehingga lebih mampu melihat apa yang terjadi di depan mata. Dapat mengantisipasi apa yang akan terjadi kemudian, maka sudah tentu ia pun khawatir sedang burung tidak.
Oleh karena itu, dalam batas-batas kewajaran, bila khwatir hanya melintas dalam kehidupan kita adalah manusiawi. Karena seorang raja yang punya kuasa begitu besar juga ada rasa khawatir dalam hidupnya. Namun, rasa khawatir menjadi masalah bila menjadi beban berat menekan hidup kita. Ibarat menggali lobang untuk diri sendiri. Semakin dalam lobang itu makin gelap dan sesak. Yang dapat dilihat disana hampir tidak ada lagi yang baik karena yang tampak hanya kaki terperosok kedalam lobang.
Khawatir masuk melalui pikiran. Penyakit juga dimulai dari pikiran. Penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kencing manis, lever, kanker adalah lima penyakit besar semuanya berawal dari pikiran. Kabar baiknya tentang kekhawatiran ini, Yesus berpesan :
“Siapa diantara kamu yang karena kekhawatirannya dapat menambah sehasta saja pada jalan hidupnya?” (Mat.6:27).
Semoga perjalanan hidup anda dan saya meski melalui padang gurun masih ada suka cita menuju masa depan penuh cahaya terang. (Uratta Ginting).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar